“Yang
telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian
pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak
menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah.” (QS. Al
Mulk: 3-4)
Di seluruh alam semesta, besarnya
kecepatan benda-benda langit ini sangat sulit dipahami bila dibandingkan dengan
standar bumi. Jarak di ruang angkasa sangatlah besar bila bandingkan dengan
pengukuran yang dilakukan di bumi. Dengan ukuran raksasa yang hanya mampu
digambarkan dalam angka saja oleh ahli matematika, bintang dan planet yang
bermassa miliaran atau triliunan ton, galaksi, dan gugus galaksi bergerak di
ruang angkasa dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Misalnya, bumi berotasi pada
sumbunya dengan kecepatan rata-rata 1.670 km/jam. Dengan mengingat bahwa peluru
tercepat memiliki kecepatan rata-rata 1.800 km/jam, jelas bahwa bumi bergerak
sangat cepat meskipun ukurannya sangat besar.
Kecepatan orbital bumi
mengitari matahari kurang-lebih enam kali lebih cepat dari peluru, yakni
108.000 km/jam. (Andaikan kita mampu membuat kendaraan yang dapat bergerak
secepat ini, kendaraan ini dapat mengitari bumi dalam waktu 22 menit.)
Namun, angka-angka ini baru
mengenai bumi saja. Tata surya bahkan lebih menakjubkan lagi. Kecepatan tata surya
mencapai tingkat di luar batas logika manusia. Di alam semesta, meningkatnya
ukuran suatu tata surya diikuti oleh meningkatnya kecepatan. Tata surya beredar
mengitari pusat galaksi dengan kecepatan 720.000 km/jam. Kecepatan Bima Sakti
sendiri, yang terdiri atas 200 miliar bintang, adalah 950.000 km/jam di ruang
angkasa.
Kecepatan yang luar biasa
ini menunjukkan bahwa hidup kita berada di ujung tanduk. Biasanya, pada suatu
sistem yang sangat rumit, kecelakaan besar sangat sering terjadi. Namun,
seperti diungkapkan Allah dalam ayat di atas, sistem ini tidak memiliki “cacat”
atau “tidak seimbang”. Alam semesta, seperti juga segala sesuatu yang ada di
dalamnya, tidak dibiarkan “sendiri” dan sistem ini bekerja sesuai dengan
keseimbangan yang telah ditentukan Allah.
“Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak
padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia
mengetahui segala sesuatu. (Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah
Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka
sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu. Dia tidak dapat
dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan;
dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya telah datang dari
Tuhanmu bukti-bukti yang terang; maka barangsiapa melihat (kebenaran itu), maka
(manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barangsiapa buta (tidak melihat
kebenaran itu), maka kemudharatannya kembali kepadanya.” (QS. AlAn’am: 101-104)
0 komentar:
Posting Komentar