Pages

Total Tayangan Halaman

Sabtu, 04 Februari 2012

Teknologi Pemanfaatan Panas Burung Megapoda




Burung megapoda yang hidup di Kepulauan Pasifik menyiapkan “mesin pengeram” bagi anak-anaknya. Selama musim panas, burung ini bertelur sebutir setiap enam hari. Telur megapoda relatif besar dibandingkan ukuran tubuhnya sendiri, hampir sebesar telur burung unta. Oleh karena itu, megapoda betina hanya mampu mengerami satu butir telur. Akibatnya, setiap enam hari, telur yang baru menetas terancam mati karena kurang mendapatkan panas. Namun, ini bukan masalah bagi mereka karena megapoda jantan mempunyai keahlian membuat “mesin pengeram” telur, menggunakan bahan yang paling berlimpah di alam, yaitu pasir dan tanah.
Untuk membuat “mesin” tersebut, enam bulan sebelum musim bertelur tiba, megapoda jantan mulai menggali lubang dengan kedalaman satu meter dan diameter lima meter dengan menggunakan cakarnya yang amat besar. Lubang tersebut diisi dengan rumput liar dan daun basah. Tujuan utamanya adalah menghangatkan telur dengan menggunakan panas yang dihasilkan bakteri dalam proses pembusukan tanaman tersebut.
Ada persiapan lain yang dilakukan agar proses ini dapat berlangsung. Tumbuhan dapat membusuk dan melepaskan panas karena bentuk corong dari lubang yang dibuat megapoda. Lubang tersebut membuat air hujan merembes masuk dan menjaga tumpukan dedaunan tetap basah. Kelembapan yang terjadi membuat proses pembusukan dapat berlangsung di bawah pasir, dan panas pun dilepaskan. Beberapa saat sebelum musim semi, saat dimulainya musim kering di Australia, megapoda jantan mulai membuka tumpukan tumbuhan busuk tersebut agar bersentuhan dengan udara bebas. Hal ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan panas. Burung betina sekali-sekali mengunjungi lubang dan memeriksa apakah burung jantan melakukan tugasnya atau tidak. Akhirnya, burung betina bertelur di pasir di atas dedaunan busuk itu.


Megapoda Jantan: Termometer Yang Peka


Agar anak dalam “mesin pengeram” dapat berkembang baik, suhu harus konstan pada ± 33°C. Untuk mencapai hal ini, megapoda jantan secara teratur mengukur suhu pasir dengan paruhnya. Paruh ini sensitif dalam mengukur suhu layaknya termometer. Bila perlu, megapoda akan membuka lubang ventilasi untuk menurunkan suhu. Megapoda jantan bekerja dengan amat teliti. Bahkan bila ada beberapa genggam tanah jatuh menutupi lubang pengeraman, megapoda segera menyingkirkannya dengan kaki dan mencegah perubahan suhu sekecil apa pun. Di bawah pengaturan yang ketat inilah telur-telur tersebut menetas. Anak yang baru beberapa jam menetas dari telur sudah tumbuh demikian baik sehingga dapat langsung terbang.
Bagaimana hewan ini dapat melakukan tugas seperti itu selama jutaan tahun, padahal manusia pun tak dapat melakukannya? Karena kita tahu bahwa hewan tidak mempunyai akal seperti manusia, satu-satunya penjelasan dari fenomena tersebut adalah hewan ini sudah diprogram dan diciptakan untuk melakukan tugas tersebut. Bila hewan ini tidak diciptakan dengan kemampuan demikian, sulit dijelaskan bagaimana hewan ini dapat mempersiapkan segalanya enam bulan sebelumnya, atau mengetahui hakikat proses kimia yang rumit ini. Pertanyaan lain yang akan muncul adalah mengapa burung megapoda ini melakukan pekerjaan yang susah ini demi melindungi telurnya. Jawabannya tersembunyi dalam keinginan untuk berkembang biak dan melindungi anaknya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
 

Blogger